Penyembahan dan Musik dalam Liturgi Ibadah
Sama
halnya dengan nyanyian, musik merupakan elemen yang terlibat dalam penyembahan.
Musik adalah karunia Allah, dan oleh karenanya seharusnya dikembalikan untuk
kemuliaan Allah. Musik telah ada sejak
dunia diciptakan (Ayb. 38:4-7) dan banyak ayat dalam Alkitab yang menyatakan
bahwa di surga kekal nanti kita akan menyanyikan puji-pujian bagi Anak Domba. Sebanyak 839 kali musik disinggung dalam Alkitab. Pentingnya musik ini
dapat dilihat dalam kehidupan Daud, ia menempatkan orang-orang Lewi secara
khusus untuk melayani Tuhan dengan nyanyian dan alat-alat musik (1 Taw.
6:31-44). Jadi musik berhubungan dengan penyembahan
karena pada hakikatnya musik diciptakan untuk kemuliaan Allah.
Musik yang awalnya diperuntukkan kepada Allah, kemudian diselewengkan
untuk kesenangan Setan seiring dengan kejatuhan Lucifer. Maka musik-musik
terbaik pada masa kini tidak sedikit yang dipersembahkan untuk Setan. Terkadang
Iblis memakai siasat jitu dengan mempengaruhi pikiran kebanyakan orang Kristen
sehingga mengabaikan musik. Maka banyak gereja-gereja yang jiwa musiknya
terabaikan. Adalah tugas dan tanggung jawab orang Kristen untuk mempersembahkan
musik terbaik bagi kemuliaan Allah.
Pada sisi lain, ada
kesalahpahaman terhadap esensi musik, ada kecenderungan ketergantungan pada musik
dalam penyembahan. Banyak orang Kristen mengaku tidak dapat menyembah Tuhan
dalam Gereja apabila tidak ada musik. Apabila dalam suatu gereja ibadah sedang
berlangsung, kemudian tiba-tiba listrik padam, maka ada orang-orang yang
beranggapan bahwa keadaan ini mempengaruhi kehadiran Roh Kudus, seolah
bersamaan dengan padamnya listrik, maka Roh Kudus juga undur. Konsep semacam
ini merupakan kesalahpahaman tentang musik dalam penyembahan.
Sifat dari musik itu sendiri tidak statis tetapi dinamis
yang akan terus berkembang dan mencari hal-hal yang baru. Maksudnya bahwa musik
itu dapat berubah setiap zaman dan tiap daerah. Maka kita jangan heran bahwa
musik-musik di daerah padang gurun berbeda dengan musik-musik gereja di daerah
tropis seperti di Indonesia. Demikian juga kita melihat bahwa musik zaman
gereja tua misalnya Katolik dan Protestan berbeda dengan musik gerejawi zaman
Kharismatik. Oleh sebab itu pihak gereja yang memakai musik gereja tua tidak
berhak menghakimi gereja yang memakai musik modern, demikian juga gereja-gereja
yang memakai musik modern dalam ibadah tidak boleh menganggap musik gereja tua
sebagai ibadah yang tidak ada hadirat Allah.
Musik bukan hanya band Gereja, sehingga apabila listrik padam,
orang-orang percaya masih dapat memuji-muji Tuhan tanpa kehilangan esensi
penyembahan. Musik mencakup vokal maupun instrumen. Tanpa band pun, musik bisa
dilantunkan dengan nyanyian-nyanyian dari suara jemaat.
Kehadiran musik dalam ibadah bukan hanya sebagai sarana,
tetapi sudah menjadi kodratnya, dan tugas musik sejak
semula adalah memuji dan memuliakan Tuhan. Musik itu sendiri tidak dapat
membuat orang bertobat/berubah tetapi musik adalah sarana untuk mengungkapkan
perasaan yang terdalam kepada Allah dan manusia. Peranan musik dalam ibadah
adalah sebagai alat komunikasi. Komunikasi musik secara vertikal meliputi
respon dan tanggapan terhadap apa yang telah Allah singkapkan melalui Alkitab
berupa pujian dan penyembahan, permohoan, doa, ucapan syukur, keluhan dan isi
hati. Secara horizonatal, peran musik meliputi: mempersatukan, menguatkan mengajar (Kolose
3:16; Efesus 5:19), menyaksikan iman, dan
memuliakan Tuhan, membangkitkan semangat dan sebagai hiburan. Di atas semuanya
itu, musik harus dipersembahkan kembali untuk memuliakan Allah.
Seharusnya musik Gereja
memiliki khasnya sendiri. Tidak boleh terpengaruh oleh perkembangan musik
sekuler. Gereja-gereja Protestan terus mempertahankan khas musik Gerejawi yang
diadopsi dari musik klasik dengan alat musik utama yaitu piano dan organ.
Tetapi sayang bahwa musik gerejawi ini tidak berkembang, malahan cenderung
mengalami kemunduran. Seharusnya musik Gereja dikemas secara kreatif dan
kontruktif. Kreatif artinya bahwa musik itu tidak monoton dan membosankan,
sehingga tetap memberikan semangat kepada jemaat dalam menyanyikan puji-pujian
dan penyembahan. Konstruktif berarti bahwa musik yang dimainkan membangkitkan
semangat dan iman orang-orang yang terlibat dalam penyembahan dengan diiringi
oleh musik itu sendiri.
Sebenarnya, perbedaan
jenis maupun karakter musik yang dipakai dalam ibadah penyembahan tidak perlu
diperdebatkan. Bagi gereja-gereja yang masih mempertahankan tradisi musik
klasik dengan alat musik utama piano dan organ, dapat melakukan penyembahan
dengan khas musik itu. Gereja yang mengikuti karakter musik modern dengan alat
musik band juga dapat melakukan penyembahan dengan diiringi musik seperti itu.
Isu utama dalam musik Gerejawi bukan pada khas dan alat musiknya, melainkan
bagaimana mempersembahkan musik terbaik untuk memuliakan Allah.
Orang-orang Kristen
yang terpola dengan musik gerejawi tertentu dan tidak dapat menyembah Allah
dengan pola musik yang lain perlu mengoreksi diri, apakah dirinya sungguh
memuji Allah dengan benar atau hanya ingin menikmati alunan musik dalam ibadah.
Sebab ada orang Kristen yang sangat terganggu dan bahkan mengaku tidak dapat
menyembah Allah dengan jenis musik modern. Ada pula orang Kristen yang
dilahirkan di kalangan Gereja-gereja Kharismatik mengaku tidak memiliki
semangat menyembah Allah dengan jenis musik klasik. Jika hal itu terjadi, maka
penyembahan seseorang patut dipertanyakan. Para penyembah Allah tidak pantas
mempersoalkan jenis musik yang dipakai dalam penyembahan. Karena semua musik
terbaik adalah milik Allah.
Ketika masih berstatus
sebagai mahasiswa, saya sering menyaksikan bahwa sebagian mahasiswa malas
mengikuti ibadah yang diiringi dengan musik klasik. Memang di Seminari kami
terdiri dari orang-orang Kristen dari berbagai denominasi Gereja. Ketika saya
dipercaya sebagai pemain musik atau pemimpin pujian, maka saya mengupayakan
iringan musik yang kontruktif. Hasilnya banyak teman-teman bahkan para
pembicara mengaku bahwa ibadah saat itu sangat mengesankan, menimbulkan gairah
atau semangat memuji Tuhan, sekalipun musik yang dimainkan hanyalah piano atau
organ. Jadi sesungguhnya apapun jenis musiknya, apabila dipersiapkan dengan
baik dan motifnya untuk kemuliaan Allah, maka kegiatan ibadah itu akan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar