Selasa, 01 September 2015

Penyembahan Sebagai Gaya Hidup: Pendahuluan

Bab I
Pendahuluan

Alkitab secara konsisten mengemukakan tujuan tertinggi dari segala karya keselamatan dan pemeliharaan Allah adalah untuk kemuliaan-Nya. Allah menyelamatkan umat manusia supaya memuliakan Dia melalui kegiatan penyembahan. Dengan tujuan itu maka Allah menuntut penyembahan terutama kepada orang-orang yang telah menerima keselamatan. Sesungguhnya aktifitas utama gereja bukanlah pelayanan dengan berbagai kesibukan, melainkan penyembahan.
Akan tetapi dalam dunia yang berkembang pesat ini, Gereja telah kehilangan esensi penyembahnya. Seperti diketahui bahwa kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditopang terus oleh pengaruh zaman informasi, telah menawarkan banyak kemudahan kepada manusia, maka bersamaan dengan kenyataan ini terselip juga berbagai tawaran kepada gereja untuk meninggalkan tugas utamanya lalu beralih pada humanisme modern seperti materialisme dan hedonisme.
Banyak orang-orang Kristen datang ke gereja, beribadah, dan melayani bukan untuk memuliakan Allah, melainkan untuk pemenuhan kebutuhan mereka. Kebanyakan jemaat datang berdoa bukan untuk menyembah Allah melainkan berdoa supaya Allah memenuhi segala keinginan humanisme mereka. Atau ada orang yang kelihatannya melayani namun tujuan utamanya bukan pengabdian melainkan mencari nafkah.
Bukan tidak mungkin bahwa banyak orang-orang Kristen telah menjadi anggota Gereja seumur hidup namun tidak pernah menikmati persekutuan yang indah degan Tuhan, tidak pernah menyembah Allah. Tidak sedikit pelayan yang mengklaim telah mengabdikan diri untuk mengurus segala kegiatan gereja, namun juga tidak pernah mengenal Allah secara lebih dalam. Entah itu dengan alasan rohani, apalagi jika hanya untuk mencari kesenangan jasmani, jika jemaat tidak menyebah Allah, maka dapat dikatakan bahwa Gereja gagal melaksanakan fungsinya.
Kristus datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan umat manusia. Tujuan tertinggi dari penebusan itu bukan supaya manusia tidak masuk ke dalam neraka, bukan juga supaya masuk surga lalu menikmati indahnya segala berkat Allah. Itu memang bagian yang dijanjikan Allah bagi orang percaya. Tujuan tertinggi dari keselamatan itu adalah supaya umat tebusan-Nya menyembah-Nya.
Umat Allah dalam Perjanjian Lama dipanggil untuk menyembah kepada Allah Yahweh. Hukum terutama dan yang pertama diberikan Allah adalah supaya umat tebusan-Nya menyembah Dia dan tidak menyembah kepada ilah lain, “Akulah TUHAN, Allahmu” (Kel. 20:3). Para pemazmur menyatakan pujian dengan maksud panggilan untuk menyembah Allah, “Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita” (Maz. 95:6).
Kitab Suci Perjanjian Baru secara konsisten menyatakan bahwa kita diselamatkan supaya kita mempersembahkan hidup kita kepada Allah untuk kemuliaan-Nya. Paulus menyatakan tujuan penebusan kita dengan nasihat “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Pada bagian lain penulis Ibrani menyerukan: “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya” (Ibr. 13:15).
Nasihat dan instruksi Paulus maupun penulis Ibrani dimulai dengan penjelasan karya keselamatan Allah dalam Kristus Yesus. Setelah memberikan penjelasan itu, maka para penulis Perjanjian Baru ini mengemukakan tujuan dari semua karya itu. Kita hidup bukan untuk sekedar mengetahui bahwa kita telah diselamatkan. Sesungguhnya kita hidup untuk memuliakan Allah.
Penyembahan adalah kehendak Allah yang tertinggi. Allah menciptakan dan menyelamatkan kita, dan bahkan mengaruniakan berbagai-bagai berkat jasmani supaya kita menyembah Dia. Penyembahan haruslah menjadi prioritas utama kita. Tidak peduli apapun yang sedang kita alami, Allah memanggil kita untuk menyembah Dia.
Oleh sebab itu penyembahan harus menjadi gaya hidup kita. Kita mengabdikan diri untuk kemuliaan Allah. Kehidupan kita dan segala yang kita miliki harus kita persembahkan kepada Allah untuk kemuliaan-Nya. Penyembahan harus mencakup semua dimensi kehidupan kita. Motif hidup kita haruslah memuliakan Allah. Segala aktifitas kita harus berorientasi pada kemuliaan-Nya. Dengan menerapkan gaya hidup penyembahan, maka kita menemukan sumber sukacita dan damai sejahtera Allah yang akan memenuhi seluruh aspek kehidupan kita.
Buku ini menyajikan suatu panggilan untuk menyembah Allah. Bukan suatu panggilan baru melainkan mengajak seluruh pembaca untuk menyelidiki kembali apa yang telah dibentangkan dalam Kitab Suci sebagai tujuan hidup kita. Buku ini bertujuan membangkitkan hasrat kita untuk menyembah Allah semakin hari semakin dahsyat. Jikalau kita semakin memahami kedalaman kasih Allah dalam penebusan yang telah kita terima, maka kita akan mengobarkan semangat kasih dan gairah penyembah kepada Allah. Dengan demikian maka penyembahan menjadi gaya hidup kita.


(bagian 1: Pendahuluan ............... )


Oleh: Hasrat P. Nazara, S.Th

Tidak ada komentar:

Posting Komentar