Bab I
Pendahuluan
Alkitab secara konsisten mengemukakan tujuan tertinggi
dari segala karya keselamatan dan pemeliharaan Allah adalah untuk
kemuliaan-Nya. Allah menyelamatkan umat manusia supaya memuliakan Dia melalui
kegiatan penyembahan. Dengan tujuan itu maka Allah menuntut penyembahan
terutama kepada orang-orang yang telah menerima keselamatan. Sesungguhnya aktifitas utama
gereja bukanlah pelayanan dengan berbagai kesibukan, melainkan penyembahan.
Akan
tetapi dalam dunia yang berkembang pesat ini, Gereja telah kehilangan esensi
penyembahnya. Seperti diketahui bahwa kecanggihan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ditopang terus oleh pengaruh zaman informasi, telah menawarkan
banyak kemudahan kepada manusia, maka bersamaan dengan kenyataan ini terselip
juga berbagai tawaran kepada gereja untuk meninggalkan tugas utamanya lalu
beralih pada humanisme modern seperti materialisme dan hedonisme.
Banyak
orang-orang Kristen datang ke gereja, beribadah, dan melayani bukan untuk
memuliakan Allah, melainkan untuk pemenuhan kebutuhan mereka. Kebanyakan jemaat
datang berdoa bukan untuk menyembah Allah melainkan berdoa supaya Allah
memenuhi segala keinginan humanisme mereka. Atau ada orang yang kelihatannya
melayani namun tujuan utamanya bukan pengabdian melainkan mencari nafkah.
Bukan
tidak mungkin bahwa banyak orang-orang Kristen telah menjadi anggota Gereja
seumur hidup namun tidak pernah menikmati persekutuan yang indah degan Tuhan,
tidak pernah menyembah Allah. Tidak sedikit pelayan yang mengklaim telah
mengabdikan diri untuk mengurus segala kegiatan gereja, namun juga tidak pernah
mengenal Allah secara lebih dalam. Entah itu dengan alasan rohani, apalagi jika
hanya untuk mencari kesenangan jasmani, jika jemaat tidak menyebah Allah, maka
dapat dikatakan bahwa Gereja gagal melaksanakan fungsinya.
Kristus datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan
umat manusia. Tujuan tertinggi dari penebusan itu bukan supaya manusia tidak masuk
ke dalam neraka, bukan juga supaya masuk surga lalu menikmati indahnya segala
berkat Allah. Itu memang bagian yang dijanjikan Allah bagi orang percaya.
Tujuan tertinggi dari keselamatan itu adalah supaya umat tebusan-Nya
menyembah-Nya.
Umat Allah dalam Perjanjian Lama dipanggil untuk
menyembah kepada Allah Yahweh. Hukum terutama dan yang pertama diberikan Allah
adalah supaya umat tebusan-Nya menyembah Dia dan tidak menyembah kepada ilah
lain, “Akulah TUHAN, Allahmu” (Kel. 20:3). Para pemazmur menyatakan pujian
dengan maksud panggilan untuk menyembah Allah, “Masuklah, marilah kita sujud
menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita” (Maz. 95:6).
Kitab
Suci Perjanjian Baru secara konsisten menyatakan bahwa kita diselamatkan supaya
kita mempersembahkan hidup kita kepada Allah untuk kemuliaan-Nya. Paulus
menyatakan tujuan penebusan kita dengan nasihat “Karena itu, saudara-saudara,
demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu
sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati.” Pada bagian lain penulis Ibrani menyerukan: “Sebab itu marilah
kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu
ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya” (Ibr. 13:15).
Nasihat
dan instruksi Paulus maupun penulis Ibrani dimulai dengan penjelasan karya
keselamatan Allah dalam Kristus Yesus. Setelah memberikan penjelasan itu, maka
para penulis Perjanjian Baru ini mengemukakan tujuan dari semua karya itu. Kita
hidup bukan untuk sekedar mengetahui bahwa kita telah diselamatkan.
Sesungguhnya kita hidup untuk memuliakan Allah.
Penyembahan
adalah kehendak Allah yang tertinggi. Allah menciptakan dan menyelamatkan kita,
dan bahkan mengaruniakan berbagai-bagai berkat jasmani supaya kita menyembah
Dia. Penyembahan haruslah menjadi prioritas utama kita. Tidak peduli apapun
yang sedang kita alami, Allah memanggil kita untuk menyembah Dia.
Oleh
sebab itu penyembahan harus menjadi gaya hidup kita. Kita mengabdikan diri
untuk kemuliaan Allah. Kehidupan kita dan segala yang kita miliki harus kita
persembahkan kepada Allah untuk kemuliaan-Nya. Penyembahan harus mencakup semua
dimensi kehidupan kita. Motif hidup kita haruslah memuliakan Allah. Segala
aktifitas kita harus berorientasi pada kemuliaan-Nya. Dengan menerapkan gaya
hidup penyembahan, maka kita menemukan sumber sukacita dan damai sejahtera
Allah yang akan memenuhi seluruh aspek kehidupan kita.
Buku ini menyajikan suatu panggilan untuk menyembah Allah.
Bukan suatu panggilan baru melainkan mengajak seluruh pembaca untuk menyelidiki
kembali apa yang telah dibentangkan dalam Kitab Suci sebagai tujuan hidup kita.
Buku ini bertujuan membangkitkan hasrat kita untuk menyembah Allah semakin hari
semakin dahsyat. Jikalau kita semakin memahami kedalaman kasih Allah dalam
penebusan yang telah kita terima, maka kita akan mengobarkan semangat kasih dan
gairah penyembah kepada Allah. Dengan demikian maka penyembahan menjadi gaya
hidup kita.(bagian 1: Pendahuluan ............... )
Oleh: Hasrat P. Nazara, S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar