Sabtu, 23 September 2017

Efektifitas Penyembahan yang Benar

Penyembahan yang benar adalah penyembahan yang memuliakan Allah. Dengan melakukan penyembahan yang benar akan nyata dalam kehidupan orang yang melakukannya. Ada kenikmatan spiritual dalam kehidupan seorang penyembah Tuhan dan banyak menghasilkan efektifitas dalam kehidupan orang yang melakukannya. Dalam bagian ini penulis menemukan berbagai efektifitas penyembahan, di antaranya dalam kehidupan kerohanian, dalam urusan malawan kuasa gelap, dalam mendemonstrasikan mujizat Allah dan efektifitas dalam mendatangkan berkat-berkat Allah.

1.      Efektifitas dalam Kebangunan Rohani
Sebenarnya, isu penting dalam penyembahan adalah memuliakan Tuhan. Akan tetapi penyembahan itu juga menghasilkan kebangunan rohani bagi orang-orang percaya. Seseorang yang mengalami kasih Tuhan akan menyembah Tuhan dengan penuh ucapan syukur. Kemudian penyembahan itu akan menghasilkan kebangunan dan pertumbuhan rohani seseorang. Jadi seorang yang dengan konsisten menyembah Allah akan mengalami pertumbuhan kehidupan rohani.
Kegiatan penyembahan akan membawa seseorang semakin dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus. Dalam Efesus pasal 5, Paulus membicarakan tentang kehidupan yang penuh dengan Roh Kudus. Efesus 5:18-21 menguraikan cara penyembahan yang membuat seseorang semakin dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus, ” Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.” Khusus ayat 18, ada satu kalimat penting yaitu “Hendaklah kamu penuh dengan Roh.” Kalimat ini merupakan isu utama dari keseluruhan perikop itu. Paulus merefleksikan penyembahan dengan cara berkata-kata dengan pujian, mengucap syukur dan merendahkan diri. Dengan melakukan penyembahan itu, maka seseorang akan semakin dipenuhi dengan Roh Kudus.
Penuh dengan Roh bukan masalah kuantitas, yang seolah-oleh Roh Kudus bertambah, melainkan soal kualitas. Artinya kehidupan seseorang yang terus menyembah Allah akan semakin dikuasai, dikendalikan dan dipimpin sepenuhnya oleh Roh Kudus. Penyembahan yang benar akan mengesampingkan hal-hal lain dan tiada yang lebih penting dari pada penyembahan itu sendiri. Isi hati yang penuh dengan unek-unek, kepahitan dan semua perasaan hati, akan digantikan dengan kesukaan dan kenikmatan bersama Allah karena kuasa Roh Kudus. Dengan demikian maka kehidupan rohani kita akan semakin meningkat.
Penyembahan juga akan memberikan kelegaan dan semakin menguatkan iman kita. Maka dalam konseling Kristen, kita diajak untuk datang kepada Allah tatkala kita mengalami permasalahan. kita harus datang dan menyembah Allah, dan dengan demikian maka iman kita akan semakin diteguhkan. Memang ada banyak orang Kristen yang tidak datang ke gereja, juga tidak mengikuti pertemuan ibadah lainnya dengan alasan permasalahan. Jadi ketika mereka bermasalah, mereka makin jauh dari Tuhan. Itu adalah konsep yang salah. Justru ketika mengalami masalah, kita harus datang menyembah Tuhan, dan Ia akan memberikan kelegaan. Itulah yang dimaksudkan Yesus ketika Ia berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28).
Penyembahan dimulai dari keselamatan, dan pemahaman akan penebusan membuat seseorang menyembah Allah. Penyembahan yang konsisten akan membawa seseorang pada kehidupan rohani yang bertumbuh dan pertumbuhan rohani itu sendiri akan membuat kita lebih menyembah Tuhan. Jadi ada semacam kerjasama ilahi dalam urusan kebangunan dan pertumbuahan rohani kita.

2.      Efektifitas dalam Melawan Kuasa Gelap
Berdasarkan kebenaran Allah, seorang yang telah memperoleh keselamatan telah didiami oleh Roh Kudus. Karena didiami Roh Kudus, maka kita akan mampu mengalahkan kuasa Iblis. Akan tetapi banyak orang Kristen pada masa kini kalah dan takut kepada Setan. Hal itu bisa terjadi karena mereka tidak sungguh-sunggh hidup sebagai penyembah Allah. Sebenaranya dengan cara hidup yang benar dan konsisten menyembah Allah, kita dapat mengalahkan kuasa Iblis.
Tanpa penyembahan, seseorang tidak dapat mengalahkan kuasa gelap, sebab kuasa gelap hanya dapat dikalahkan oleh kuasa Roh Kudus dan kuasa Roh Kudus itu efektif dalam penyembahan. Dalam salah satu kasus, Lukas melaporkan bahwa anak-anak Skewa pernah mencoba mengusir Setan dalam nama Yesus. Akan tetapi roh jahat itu berbalik menyerang mereka (band. Kis. 19:17). Tanpa Roh Kudus, mereka telah memberanikan diri melawan roh jahat. Akhirnya mereka sendiri yang kalah. Yang memiliki kemungkinan untuk mengalahkan si jahat adalah orang Kristen, dan itupun tidak semuanya. Hanya orang Kristen yang sungguh-sungguh memiliki persekutuan dengan Allah yang dapat mengalahkan Setan.
Banyak orang-orang Kristen pada masa kini kalah oleh Setan. Tidak sedikit yang terpaksa menjual murah rumahnya hanya karena ada anggapan bahwa rumah mereka sedang “ada setannya.” Atau dengan kata lain bukannya mereka dapat mengusir Setan, malahan Setan mengusir mereka. Hal ini benar, bisa terjadi bagi orang yang tidak menyembah Allah. Mereka mungkin mengaku sebagai orang Kristen, akan tetapi mereka tidak memiliki persekutuan yang intim dengan Tuhan. Hanya dengan persekutaun yang intim dalam penyembahan yang memungkinkan kita dapat mengalahkan kuasa gelap.  Oleh sebab itu kita harus melakukan sebagaimana yang dinasihatkan oleh Yakobus: “Tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak. 4:7).
Dalam Efesus 6:10-20, Paulus membicarakan tentang peperangan Rohani. Dalam penjabaran itu Paulus mengungkapkan perlengkapan rohani sebagai senjata untuk melawan kuasa Iblis. Setidaknya ada tiga kata kunci untuk melawan kuasa Iblis yaitu firman (pemberitaan Injil), iman dan doa. Tiga kata kunci itu merupakan istilah-istilah yang menjabarkan penyembahan. Pada simpulannya, tanpa penyembahan kita tidak mungkin dapat mengalahkan kuasa Iblis.
Firman adalah salah satu senjata untuk mengalahkan kuas Iblis dan antek-anteknya. Orang-orang yang setia membaca firman Allah akan dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus. Ada kuasa dalam memperkatakan Firman. Ada kuasa dalam pemberitaan Injil.  Ada kuasa dalam kesaksian kebenaran, dan ada kuasa dalam nama Yesus. Kata-kata firman dan kebenaranlah yang diucapkan oleh orang-orang yang menyembah Tuhan, maka mereka dapat mengalahkan kuasa Iblis.
Senjata yang lain adalah iman. Iman timbul dari pendengaran dan perkataan Firman. Iman bertumbuh dalam penyembahan dan iman itulah yang mampu mengalahkan kuasa gelap. Bersamaan dengan kontinuitas penyembahan, seseorang akan dituntun ke dalam iman yang kuat. Iman bukanlah hal yang dipaksakan, ala kata-kata sugesti. Iman harus dimulai dengan kebenaran firman dan penyembahan. Iman dan penyembahan itulah yang membawa kita pada pemenuhan kuasa Roh Kudus. Bersamaan dengan kuasa Roh Kudus, kita tidak akan gentar menghadapi siasat Iblis. Sebab Roh yang ada di dalam kita, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia ini (Band. 1 Yoh. 4:4).
Selain firman dan iman, doa juga merupakan perlengkapan senjata melawan kuasa kegelapan. Paulus menasihatkan kita untuk berdoa senantiasa, dengan permohonan yang tak putus-putusnya. Jikalau firman sering diibaratkan sebagai makanan rohani, maka doa juga sering diibaratkan sebagai nafas orang percaya. Tanpa bernafas, kita akan mati, demikian juga tanpa doa, rohani kita akan mati. Bagaimana kita dapat melawan kuasa Iblis jikalau rohani kita mati. Doa adalah bagian dari penyembahan, maka itu harus senantiasa kita lakukan.
Dalam usaha-usaha untuk menolong orang yang terikat oleh kuasa gelap, banyak kelompok-kelompok pelayanan tertentu melakukan puasa dan doa. Hal itu memang perlu untuk mengusir Setan. Dalam Markus 9:29, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa ada jenis roh yang hanya dapat diusir dengan doa dan puasa. Artinya dapat disimpulkan dalam satu kata “Penyembahan.” Dengan kehidupan yang penuh dengan penyembahan, kita dapat mengalahkan kuasa kegelapan. Penyembahan juga menyingkapkan kebenaran, membongkar kedustaan dan akan menjauhkan seseorang dari hal-hal yang tidak benar. Iblis tidak tahan mendekati orang-orang yang hidup dalam penyembahan karena Roh Allah ada pada kita.

3.      Efektifitas dalam Mendemonstrasikan Kuasa Allah
Orang yang sungguh-sungguh menyembah akan hidup dalam mujizat Allah, atau dengan kata lain penyembahan dapat mendemonstrasikan mujizat jikalau Allah menghendakinya. Nabi-nabi dalam Perjanjian Lama maupun Rasul-rasul dan orang-orang Kudus dalam Perjanjian Baru bukan hidup dari pekerjaan sekuler, melainkan hidup oleh mujizat Allah. Bahkan untuk kepentingan pelayanan khusus, Allah memakai para penyembah-Nya untuk melakukan mujizat.
Dalam usaha untuk menduduki tanah Kanaan, bangsa Israel mengalami pergumulan untuk menduduki kota Yerikho. Dalam kehidupannya sebagai abdi Allah, Yosua mendapat kasih setia dan janji Allah bahwa ia akan menyerahkan kota Yerikho ke dalam tangan bangsanya. Allah memerintahkan mereka untuk mengelilingi kota itu sambil meniup sangkakala tiap-tiap hari. Dan pada hari yang ketujuh mereka berkeliling tujuh kali sesuai dengan perintah Tuhan. Dengan taat mereka melakukan semuanya itu. Mereka bernyanyi, bersorak, meniup sangkakala sebagai cara ketaatan dan penyembahan sebagaimana petunjuk Tuhan. Hasilnya adalah tembok Yerikho runtuh. Mujizat itu hanya terjadi ketika mereka taat dan menyembah Tuhan.
Dalam Kisah Para Rasul 3:6-10, penulis melaporkan bahwa Petrus mendemonstrasikan kuasa Allah dengan menyembuhkan orang yang lumpuh. Kita tidak dapat menolak kenyataan bahwa Petrus dan Yohanes adalah seorang yang hidup dalam penyembahan. Dalam keberadaan mereka sebagai Rasul, mereka mungkin tidak memiliki uang yang banyak untuk diberikan kepada orang lumpuh itu. Akan tetapi dengan kehidupan penyembahan mereka, Petrus dan Yohanes melakukan hal yang lebih, yaitu menyembuhkan orang lumpuh itu.
Kasus lain yang cukup signifikan adalah terbukanya pintu penjara bagi Paulus dan Silas (Kis 16:25-26), “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.” Hanya dengan doa dan penyembahan saja, mujizat Allah terjadi. Hasilnya bukan hanya penjara terbuka dan Paulus maupun Silas dibebaskan, melainkan kepala penjara itu dan seluruh anggota keluarganya menerima kasih keselamatan.
Tiga kisah di atas menegaskan kepada kita bahwa penyembahan yang benar menghasilkan mujizat Allah. Mujizat Allah itu bukan untuk kemuliaan manusia melainkan supaya menghasilkan kemuliaan nama Tuhan. Mujizat itupun bukan tujuan utama penyembahan, itu hanya efektifitasnya. Apapun mujizatnya, penyembahan harus dilakukan sebagai cara atau gaya hidup kita. Allah bisa saja melakukan mujizat supranatural melalui penyembahan kita, akan tetapi Allah berhak secara perogratif untuk tidak melakukan mujizat-Nya.
Isu yang lebih penting adalah penyembahan yang menyenangkan dan memuliakan nama Allah. Banyak orang Kristen tidak mengalami mujizat Allah karena mereka tidak sungguh-sungguh menyembah Allah. Tanpa penyembahan yang benar, tidak akan terjadi mujizat ilahi. Kalaupun mujizat supranatural yang kita harapkan tidak terjadi, kita harus tetap hidup dalam penyembahan. Kesungguhan kita untuk menyembah Allah akan menggugah hati Allah untuk memakai kita berdasarkan kehendak-Nya.

4.      Efektifitas dalam Mendatangkan Berkat-berkat Allah
Sekalipun penyembahan pada dasarnya memberikan sesuatu kepada Allah, namun pada kenyataannya penyembahan dapat efektif dalam kehidupan keseharian kita. Dengan kata lain, orang yang menyembah Allah akan diberkati oleh Allah sendiri, diberikan pertolongan tepat pada waktunya. Banyak ayat dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang menegaskan bahwa orang yang mengasihi Tuhan tidak akan berkekurangan. Allah memelihara orang-orang yang menyembah Dia dengan sungguh-sungguh.
Penulis bukanlah penganut Teologi Sukses, malahan penulis salah satu orang yang sangat ekstrim menolak jenis teologi ini. Akan tetapi penulis tidak dapat memungkiri bahwa orang-orang yang menyembah Allah pasti diberkati. Dalam pemahaman teologia yang lebih lengkap, berkat tidak hanya dipahami sebagai kelimpahan materi atau kesuksesan sebagaimana yang dipahami oleh penganut Teologi Sukses. Berkat yang diterima oleh orang-orang yang hidup menyembah Allah lebih bersifat spiritual berupa pemeliharaan, damai sejahtera, pemulihan, dan kenikmatan hidup dalam persekutuan dengan Allah.
Nuh dikenal sebagai seorang yang bergaul dengan Allah, artinya hidup taat pada perintah Allah dan menyembah-Nya. Ia mendapatkan pemeliharaan Allah pada saat terjadi air bah (Kej. 7). Elia dalam pelayanannya mendapatkan makanan dan minuman melalui janda Sarfat. Ini adalah cara pemeliharaan Allah kepada orang-orang yang berketetapan hati untuk menyembah Allah. Pemazmur menyatakan bahwa orang yang takut akan Allah tidak akan berkekurangan (Maz 34:1--11).
Dalam Perjanjian Lama, ada kisah yang sangat mendebarkan sebagaimana yang sudah disinggung dalam pembehasan sebelumnya, yatu tatkala Sadrakh, Mesakh dan Abednego berketetapan hati untuk tidak menyembah patung emas yang didirikan Raja Nebukadnezar. Mereka menyatakan tetap menyembah Allah (Yahweh) walau apapun yang terjadi. Jelas dengan ketetapan itu mereka terancam dicampakkan ke dalam perapian yang menyala. Oleh komitmen mereka tetap menyembah Allah, maka Allah sanggup melepaskan mereka dari perapian yang menyala itu. Mereka tidak terbakar, mereka baik-baik saja (baca Daniel 3:-30). Allah sungguh memelihara orang-orang yang berketetapan hati untuk menyembah Dia.
Sekalipun orang-orang percaya yang sungguh-sungguh menyembah Allah mungkin tidak memiliki harta yang melimpah namun ada satu berkat yang mereka peroleh yaitu kelimpahan damai sejahtera Allah. Orang yang mencintai Tuhan akan mengarahkan seluruh hasrat hidupnya untuk memuliakan Allah. Dengan demikian maka ia akan terhindar dari berbagai pemikiran ketamakan dan berbagai-bagai keterikatan lain. Dalam komitmennya untuk memuliakan Allah, ia akan memperoleh damai sejahtera Allah.
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus menasihatkan kita semua supaya senantiasa bersukacita, menunjukkan kebaikan, terus berdoa dalam permohonan dan ucapan syukur (Fil. 4:4-7). Artinya kita terus menyembah Allah. Maka damai sejahtera Allah akan memenuhi hati dan pikiran kita. Inilah berkat yang diperoleh orang yang setia menyembah Allah. Berkat damai sejahtera ini tidak dapat diukur atau dibeli dengan ukuran duniawi. Takarannya akan dinikmati oleh orang yang kepadanya Allah berkenan mengaruniakannya.
Beberapa tahun yang lalu dunia dihebohkan oleh salah satu berita bahwa seorang pengusaha ternama ditemukan bunuh diri dengan menjatuhkan dari dari apatemennya. Dia adalah satu orang terkaya di negaranya, memiliki banyak aset, utang perusahaannya relatif dapat dicicil, semua serba ada, serba lengkap, dengan gaya hidup kemewahan. Akan tetapi orang yang seperti ini tidak dapat menikmati damai sejahtera Allah, karena berkat ini tidak ditemukan dalam kekayaan atau kelimpahan harta. Damai sejahtera Allah hanya akan ditemukan di dalam ketaatan, kesetiaan, dan komitmen penyembahan kepada Allah.

Orang yang hidup dalam penyembahan bukan tidak mungkin jatuh dalam berbagai-keadaan, termasuk segala kekurangan dan dosa-dosa pribadi. Akan tetapi jika ia kembali, bertobat dan hidup dalam penyembahan, maka Tuhan akan memberikan pemulihan, yang takarannya jauh lebih baik dari orang-orang yang memiliki harta melimpah dan mencari pemulihan lewat dokter, filsuf, psikiater atau konselor sekuler lainnya.
Ayo, menyembah Tuhan!!!!


Oleh: Hasrat P. Nazara, S. Th







Tidak ada komentar:

Posting Komentar