Efektifitas
Penyembahan yang Benar
Penyembahan yang benar adalah penyembahan yang memuliakan
Allah. Dengan melakukan penyembahan yang benar akan nyata dalam kehidupan orang
yang melakukannya. Ada kenikmatan spiritual dalam kehidupan seorang penyembah
Tuhan dan banyak menghasilkan efektifitas dalam kehidupan orang yang
melakukannya. Dalam bagian ini penulis menemukan berbagai efektifitas
penyembahan, di antaranya dalam kehidupan kerohanian, dalam urusan malawan
kuasa gelap, dalam mendemonstrasikan mujizat Allah dan efektifitas dalam
mendatangkan berkat-berkat Allah.
1. Efektifitas dalam Kebangunan Rohani
Sebenarnya,
isu penting dalam penyembahan adalah memuliakan Tuhan. Akan tetapi penyembahan
itu juga menghasilkan kebangunan rohani bagi orang-orang percaya. Seseorang
yang mengalami kasih Tuhan akan menyembah Tuhan dengan penuh ucapan syukur.
Kemudian penyembahan itu akan menghasilkan kebangunan dan pertumbuhan rohani
seseorang. Jadi seorang yang dengan konsisten menyembah Allah akan mengalami
pertumbuhan kehidupan rohani.
Kegiatan
penyembahan akan membawa seseorang semakin dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus.
Dalam Efesus pasal 5, Paulus membicarakan tentang kehidupan yang penuh dengan
Roh Kudus. Efesus 5:18-21 menguraikan cara penyembahan yang membuat seseorang
semakin dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus, ” Dan
janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi
hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain
dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah
bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu
dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita dan rendahkanlah
dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.” Khusus ayat 18,
ada satu kalimat penting yaitu “Hendaklah kamu penuh dengan Roh.” Kalimat ini
merupakan isu utama dari keseluruhan perikop itu. Paulus merefleksikan
penyembahan dengan cara berkata-kata dengan pujian, mengucap syukur dan
merendahkan diri. Dengan melakukan penyembahan itu, maka seseorang akan semakin
dipenuhi dengan Roh Kudus.
Penuh
dengan Roh bukan masalah kuantitas, yang seolah-oleh Roh Kudus bertambah,
melainkan soal kualitas. Artinya kehidupan seseorang yang terus menyembah Allah
akan semakin dikuasai, dikendalikan dan dipimpin sepenuhnya oleh Roh Kudus.
Penyembahan yang benar akan mengesampingkan hal-hal lain dan tiada yang lebih
penting dari pada penyembahan itu sendiri. Isi hati yang penuh dengan unek-unek, kepahitan
dan semua perasaan hati, akan digantikan dengan kesukaan dan kenikmatan bersama
Allah karena kuasa Roh Kudus. Dengan demikian maka kehidupan rohani kita akan semakin
meningkat.
Penyembahan
juga akan memberikan kelegaan dan semakin menguatkan iman kita. Maka dalam
konseling Kristen, kita diajak untuk datang kepada Allah tatkala kita mengalami
permasalahan. kita harus datang dan menyembah Allah, dan dengan demikian maka
iman kita akan semakin diteguhkan. Memang ada banyak orang Kristen yang tidak
datang ke gereja, juga tidak mengikuti pertemuan ibadah lainnya dengan alasan
permasalahan. Jadi ketika mereka bermasalah, mereka makin jauh dari Tuhan. Itu
adalah konsep yang salah. Justru ketika mengalami masalah, kita harus datang
menyembah Tuhan, dan Ia akan memberikan kelegaan. Itulah yang dimaksudkan Yesus
ketika Ia berkata: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban
berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat. 11:28).
Penyembahan
dimulai dari keselamatan, dan pemahaman akan penebusan membuat seseorang
menyembah Allah. Penyembahan yang konsisten akan membawa seseorang pada
kehidupan rohani yang bertumbuh dan pertumbuhan rohani itu sendiri akan membuat
kita lebih menyembah Tuhan. Jadi ada semacam kerjasama ilahi dalam urusan
kebangunan dan pertumbuahan rohani kita.
2.
Efektifitas dalam Melawan Kuasa Gelap
Berdasarkan
kebenaran Allah, seorang yang telah memperoleh keselamatan telah didiami oleh
Roh Kudus. Karena didiami Roh Kudus, maka kita akan mampu mengalahkan kuasa
Iblis. Akan tetapi banyak orang Kristen pada masa kini kalah dan takut kepada
Setan. Hal itu bisa terjadi karena mereka tidak sungguh-sunggh hidup sebagai
penyembah Allah. Sebenaranya dengan cara hidup yang benar dan konsisten
menyembah Allah, kita dapat mengalahkan kuasa Iblis.
Tanpa
penyembahan, seseorang tidak dapat mengalahkan kuasa gelap, sebab kuasa gelap
hanya dapat dikalahkan oleh kuasa Roh Kudus dan kuasa Roh Kudus itu efektif
dalam penyembahan. Dalam salah satu kasus, Lukas melaporkan bahwa anak-anak
Skewa pernah mencoba mengusir Setan dalam nama Yesus. Akan tetapi roh jahat itu
berbalik menyerang mereka (band. Kis. 19:17). Tanpa Roh Kudus, mereka telah
memberanikan diri melawan roh jahat. Akhirnya mereka sendiri yang kalah. Yang
memiliki kemungkinan untuk mengalahkan si jahat adalah orang Kristen, dan
itupun tidak semuanya. Hanya orang Kristen yang sungguh-sungguh memiliki
persekutuan dengan Allah yang dapat mengalahkan Setan.
Banyak
orang-orang Kristen pada masa kini kalah oleh Setan. Tidak sedikit yang
terpaksa menjual murah rumahnya hanya karena ada anggapan bahwa rumah mereka
sedang “ada setannya.” Atau dengan kata lain bukannya mereka dapat mengusir
Setan, malahan Setan mengusir mereka. Hal ini benar, bisa terjadi bagi orang
yang tidak menyembah Allah. Mereka mungkin mengaku sebagai orang Kristen, akan
tetapi mereka tidak memiliki persekutuan yang intim dengan Tuhan. Hanya dengan
persekutaun yang intim dalam penyembahan yang memungkinkan kita dapat mengalahkan
kuasa gelap. Oleh sebab itu kita harus
melakukan sebagaimana yang dinasihatkan oleh Yakobus: “Tunduklah kepada Allah,
dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak. 4:7).
Dalam
Efesus 6:10-20, Paulus membicarakan tentang peperangan Rohani. Dalam penjabaran
itu Paulus mengungkapkan perlengkapan rohani sebagai senjata untuk melawan
kuasa Iblis. Setidaknya ada tiga kata kunci untuk melawan kuasa Iblis yaitu
firman (pemberitaan Injil), iman dan doa. Tiga kata kunci itu merupakan istilah-istilah
yang menjabarkan penyembahan. Pada simpulannya, tanpa penyembahan kita tidak
mungkin dapat mengalahkan kuasa Iblis.
Firman
adalah salah satu senjata untuk mengalahkan kuas Iblis dan antek-anteknya.
Orang-orang yang setia membaca firman Allah akan dipenuhi dengan kuasa Roh
Kudus. Ada kuasa dalam memperkatakan Firman. Ada kuasa dalam pemberitaan
Injil. Ada kuasa dalam kesaksian
kebenaran, dan ada kuasa dalam nama Yesus. Kata-kata firman dan kebenaranlah
yang diucapkan oleh orang-orang yang menyembah Tuhan, maka mereka dapat
mengalahkan kuasa Iblis.
Senjata
yang lain adalah iman. Iman timbul dari pendengaran dan perkataan Firman. Iman
bertumbuh dalam penyembahan dan iman itulah yang mampu mengalahkan kuasa gelap.
Bersamaan dengan kontinuitas penyembahan, seseorang akan dituntun ke dalam iman
yang kuat. Iman bukanlah hal yang dipaksakan, ala kata-kata sugesti. Iman harus
dimulai dengan kebenaran firman dan penyembahan. Iman dan penyembahan itulah
yang membawa kita pada pemenuhan kuasa Roh Kudus. Bersamaan dengan kuasa Roh
Kudus, kita tidak akan gentar menghadapi siasat Iblis. Sebab Roh yang ada di
dalam kita, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia ini (Band. 1 Yoh.
4:4).
Selain
firman dan iman, doa juga merupakan perlengkapan senjata melawan kuasa
kegelapan. Paulus menasihatkan kita untuk berdoa senantiasa, dengan permohonan
yang tak putus-putusnya. Jikalau firman sering diibaratkan sebagai makanan
rohani, maka doa juga sering diibaratkan sebagai nafas orang percaya. Tanpa
bernafas, kita akan mati, demikian juga tanpa doa, rohani kita akan mati.
Bagaimana kita dapat melawan kuasa Iblis jikalau rohani kita mati. Doa adalah
bagian dari penyembahan, maka itu harus senantiasa kita lakukan.
Dalam
usaha-usaha untuk menolong orang yang terikat oleh kuasa gelap, banyak
kelompok-kelompok pelayanan tertentu melakukan puasa dan doa. Hal itu memang
perlu untuk mengusir Setan. Dalam Markus 9:29, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa
ada jenis roh yang hanya dapat diusir dengan doa dan puasa. Artinya dapat
disimpulkan dalam satu kata “Penyembahan.” Dengan kehidupan yang penuh dengan
penyembahan, kita dapat mengalahkan kuasa kegelapan. Penyembahan juga
menyingkapkan kebenaran, membongkar kedustaan dan akan menjauhkan seseorang
dari hal-hal yang tidak benar. Iblis tidak tahan mendekati orang-orang yang
hidup dalam penyembahan karena Roh Allah ada pada kita.
3.
Efektifitas dalam Mendemonstrasikan Kuasa Allah
Orang
yang sungguh-sungguh menyembah akan hidup dalam mujizat Allah, atau dengan kata
lain penyembahan dapat mendemonstrasikan mujizat jikalau Allah menghendakinya.
Nabi-nabi dalam Perjanjian Lama maupun Rasul-rasul dan orang-orang Kudus dalam
Perjanjian Baru bukan hidup dari pekerjaan sekuler, melainkan hidup oleh
mujizat Allah. Bahkan untuk kepentingan pelayanan khusus, Allah memakai para
penyembah-Nya untuk melakukan mujizat.
Dalam
usaha untuk menduduki tanah Kanaan, bangsa Israel mengalami pergumulan untuk
menduduki kota Yerikho. Dalam kehidupannya sebagai abdi Allah, Yosua mendapat
kasih setia dan janji Allah bahwa ia akan menyerahkan kota Yerikho ke dalam
tangan bangsanya. Allah memerintahkan mereka untuk mengelilingi kota itu sambil
meniup sangkakala tiap-tiap hari. Dan pada hari yang ketujuh mereka berkeliling
tujuh kali sesuai dengan perintah Tuhan. Dengan taat mereka melakukan semuanya
itu. Mereka bernyanyi, bersorak, meniup sangkakala sebagai cara ketaatan dan
penyembahan sebagaimana petunjuk Tuhan. Hasilnya adalah tembok Yerikho runtuh.
Mujizat itu hanya terjadi ketika mereka taat dan menyembah Tuhan.
Dalam
Kisah Para Rasul 3:6-10, penulis melaporkan bahwa Petrus mendemonstrasikan
kuasa Allah dengan menyembuhkan orang yang lumpuh. Kita tidak dapat menolak
kenyataan bahwa Petrus dan Yohanes adalah seorang yang hidup dalam penyembahan.
Dalam keberadaan mereka sebagai Rasul, mereka mungkin tidak memiliki uang yang
banyak untuk diberikan kepada orang lumpuh itu. Akan tetapi dengan kehidupan
penyembahan mereka, Petrus dan Yohanes melakukan hal yang lebih, yaitu
menyembuhkan orang lumpuh itu.
Kasus
lain yang cukup signifikan adalah terbukanya pintu penjara bagi Paulus dan
Silas (Kis 16:25-26), “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa
dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain
mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga
sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan
terlepaslah belenggu mereka semua.” Hanya dengan doa dan penyembahan saja,
mujizat Allah terjadi. Hasilnya bukan hanya penjara terbuka dan Paulus maupun Silas
dibebaskan, melainkan kepala penjara itu dan seluruh anggota keluarganya
menerima kasih keselamatan.
Tiga
kisah di atas menegaskan kepada kita bahwa penyembahan yang benar menghasilkan
mujizat Allah. Mujizat Allah itu bukan untuk kemuliaan manusia melainkan supaya
menghasilkan kemuliaan nama Tuhan. Mujizat itupun bukan tujuan utama
penyembahan, itu hanya efektifitasnya. Apapun mujizatnya, penyembahan harus
dilakukan sebagai cara atau gaya hidup kita. Allah bisa saja melakukan mujizat
supranatural melalui penyembahan kita, akan tetapi Allah berhak secara
perogratif untuk tidak melakukan mujizat-Nya.
Isu
yang lebih penting adalah penyembahan yang menyenangkan dan memuliakan nama
Allah. Banyak orang Kristen tidak mengalami mujizat Allah karena mereka tidak
sungguh-sungguh menyembah Allah. Tanpa penyembahan yang benar, tidak akan
terjadi mujizat ilahi. Kalaupun mujizat supranatural yang kita harapkan tidak
terjadi, kita harus tetap hidup dalam penyembahan. Kesungguhan kita untuk
menyembah Allah akan menggugah hati Allah untuk memakai kita berdasarkan
kehendak-Nya.
4.
Efektifitas dalam Mendatangkan Berkat-berkat Allah
Sekalipun
penyembahan pada dasarnya memberikan sesuatu kepada Allah, namun pada
kenyataannya penyembahan dapat efektif dalam kehidupan keseharian kita. Dengan
kata lain, orang yang menyembah Allah akan diberkati oleh Allah sendiri,
diberikan pertolongan tepat pada waktunya. Banyak ayat dalam Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru yang menegaskan bahwa orang yang mengasihi Tuhan tidak
akan berkekurangan. Allah memelihara orang-orang yang menyembah Dia dengan
sungguh-sungguh.
Penulis
bukanlah penganut Teologi Sukses, malahan penulis salah satu orang yang sangat
ekstrim menolak jenis teologi ini. Akan tetapi penulis tidak dapat memungkiri
bahwa orang-orang yang menyembah Allah pasti diberkati. Dalam pemahaman
teologia yang lebih lengkap, berkat tidak hanya dipahami sebagai kelimpahan
materi atau kesuksesan sebagaimana yang dipahami oleh penganut Teologi Sukses.
Berkat yang diterima oleh orang-orang yang hidup menyembah Allah lebih bersifat
spiritual berupa pemeliharaan, damai sejahtera, pemulihan, dan kenikmatan hidup
dalam persekutuan dengan Allah.
Nuh
dikenal sebagai seorang yang bergaul dengan Allah, artinya hidup taat pada
perintah Allah dan menyembah-Nya. Ia mendapatkan pemeliharaan Allah pada saat
terjadi air bah (Kej. 7). Elia dalam pelayanannya mendapatkan makanan dan
minuman melalui janda Sarfat. Ini adalah cara pemeliharaan Allah kepada
orang-orang yang berketetapan hati untuk menyembah Allah. Pemazmur menyatakan
bahwa orang yang takut akan Allah tidak akan berkekurangan (Maz 34:1--11).
Dalam
Perjanjian Lama, ada kisah yang sangat mendebarkan sebagaimana yang sudah
disinggung dalam pembehasan sebelumnya, yatu tatkala Sadrakh, Mesakh dan Abednego
berketetapan hati untuk tidak menyembah patung emas yang didirikan Raja
Nebukadnezar. Mereka menyatakan tetap menyembah Allah (Yahweh) walau apapun
yang terjadi. Jelas dengan ketetapan itu mereka terancam dicampakkan ke dalam
perapian yang menyala. Oleh komitmen mereka tetap menyembah Allah, maka Allah
sanggup melepaskan mereka dari perapian yang menyala itu. Mereka tidak
terbakar, mereka baik-baik saja (baca Daniel 3:-30). Allah sungguh memelihara
orang-orang yang berketetapan hati untuk menyembah Dia.
Sekalipun
orang-orang percaya yang sungguh-sungguh menyembah Allah mungkin tidak memiliki
harta yang melimpah namun ada satu berkat yang mereka peroleh yaitu kelimpahan
damai sejahtera Allah. Orang yang mencintai Tuhan akan mengarahkan seluruh
hasrat hidupnya untuk memuliakan Allah. Dengan demikian maka ia akan terhindar
dari berbagai pemikiran ketamakan dan berbagai-bagai keterikatan lain. Dalam
komitmennya untuk memuliakan Allah, ia akan memperoleh damai sejahtera Allah.
Dalam
suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus menasihatkan kita semua supaya
senantiasa bersukacita, menunjukkan kebaikan, terus berdoa dalam permohonan dan
ucapan syukur (Fil. 4:4-7). Artinya kita terus menyembah Allah. Maka damai
sejahtera Allah akan memenuhi hati dan pikiran kita. Inilah berkat yang
diperoleh orang yang setia menyembah Allah. Berkat damai sejahtera ini tidak
dapat diukur atau dibeli dengan ukuran duniawi. Takarannya akan dinikmati oleh
orang yang kepadanya Allah berkenan mengaruniakannya.
Beberapa
tahun yang lalu dunia dihebohkan oleh salah satu berita bahwa seorang pengusaha
ternama ditemukan bunuh diri dengan menjatuhkan dari dari apatemennya. Dia
adalah satu orang terkaya di negaranya, memiliki banyak aset, utang
perusahaannya relatif dapat dicicil, semua serba ada, serba lengkap, dengan
gaya hidup kemewahan. Akan tetapi orang yang seperti ini tidak dapat menikmati
damai sejahtera Allah, karena berkat ini tidak ditemukan dalam kekayaan atau
kelimpahan harta. Damai sejahtera Allah hanya akan ditemukan di dalam ketaatan,
kesetiaan, dan komitmen penyembahan kepada Allah.
Orang
yang hidup dalam penyembahan bukan tidak mungkin jatuh dalam berbagai-keadaan,
termasuk segala kekurangan dan dosa-dosa pribadi. Akan tetapi jika ia kembali,
bertobat dan hidup dalam penyembahan, maka Tuhan akan memberikan pemulihan,
yang takarannya jauh lebih baik dari orang-orang yang memiliki harta melimpah
dan mencari pemulihan lewat dokter, filsuf, psikiater atau konselor sekuler
lainnya.
Ayo, menyembah Tuhan!!!!
Oleh: Hasrat P. Nazara, S. Th